Entri Populer

Rabu, 09 Februari 2011

ERNES

ERNES
Aku baru kembali dari Novisiat, aku langsung menuju UGD karena engkau akan segera datang. Aku ingin segera melihatmu. Kira-kira 30 menanti engkau tiba. Engkau tersenyum, tapi aku merasa lain. Apakah mungkin seperti ini keadaanmu tanyaku dalam hati. Bukan karena aku tidak senang melihatmu tersenyum dan menyapaku. Tanpa menunggu lama, orang-orang membawamu ke ruangan dan memeriksa tubuhmu. Kuperhatikan lengan kirimu yang terbungkus kain putih, “mengapa lengan kamu sudah kecil tanyaku”. Dengan lemah engkau menjelaskan bahwa dokter menggunting daging lenganmu karena jaringannya mati. Engkau juga mengatakan lenganmu perih dan sakit. Aku terdiam menatapmu.
Aku mau minum, suaramu lembut dan lemah memecah kesunyian di ruang kecil itu. di ruangan itu banyak orang tapi tidak tahu harus berkata apa lagi padamu adikku.
Pikiran dan hayalku terbang jauh ke tempat kita pernah bersama. Di pelupuk mataku terbayang senyum dan suaramu yang kadang sangat kuat menyanyikan lagu. Gerakan-gerakanmu yang lincah dan.......semua yang pernah kita alami. Kesepakatan kita, omong kosong kita. Keinginan kita ke Paris. Kita pernah bercerita tentang kematian dan kehidupan, ramalan usia kita.
Ah...... aku tidak meminta mujizat kesembuhan untukmu adikku, bukan karena aku tidak menginginkan engkau pulih, bukan karena aku tidak menyayangimu. Adikku kalaupun aku merengek kepada Tuhan, bukankah aku terlalu egois dan engkau sudah terlalu lelah dan sakit menanggung deritamu. Kalaupun aku memohon agar engkau tetap ada di sampingku bukankah itu hanya keinginan manusiawiku yang tidak mau melepaskan engkau ke tempat yang indah.
Aku masih ingat tentang kubur kecil diantara kubur besar yang aku ceritakan padamu dan kepada saudari-saudari kita. Aku merasa saat itu mungkin akulah yang akan berlalu darimu dan seandainya itu terjadi aku tidak akan menolaknya bahkan sejak saat itu aku menulis syair tentang kehidupan damai di dunia sana.
Pagi itu aku datang ke kamar tempat engkau dirawat. Aku melihat cairan keruh keluar dari lubang dekat dada kananmu, suara kertak gigimu menahan rasa sakit, matamu putih. Aku melihat dan merasakan ada perjuangan berat melepaskan sesuatu dari tubuhmu, seperti melepaskan dua buah kaca yang sisinya melekat pada sisi kaca yang lain. Aku berpikir bahwa engkau bukan milik kami lagi. Tempat pembaringanmu didorong menuju ICU. Di tempat itulah kita berpisah dan engkau menemui Bapa kita.
Ernes selamat jalan kawan. Semua orang sedih melepasmu. Masihkah engkau dengar suara tangisan dan cerita orang-orang tentangmu? Nes mereka menyayangimu, mengagumimu.
Salam dan doaku buat Ernes,
ADE FSE

Tidak ada komentar:

Posting Komentar