Entri Populer

Jumat, 06 Agustus 2010

Percakapan di Sebuah Persimpangan

Aku berdiri di sana,
di sebuah persimpangan jalan dan bergulat dengan rasa dan pikiranku sendiri.
Di sana aku kalut.
Di sana aku berdiri seperti patung tak bernyawa dengan hati yang gundah gulana.

Bukan karena aku lelah melangkah maka aku diam di sana,
tapi karena aku tidak tahu ke mana harus melangkah.
Aku melihat dua jalan membentang di hadapanku.
Jalan yang tidak dapat kubedakan dengan pandangan mata dan pikiranku.

Aku tidak lagi menemukan jejak tempat aku menempatkan telapak kakiku.
Yang aku tahu adalah bila aku melangkah setapak saja,
aku akan masuk ke salah satu sisi jalan dan meninggalkan jalan yang lain.
Tapi aku sendiri tak tahu jalan mana yang seharusnya aku jalani.
Dalam kebingungan itu aku tidak ingin membuat keputusan
dan aku tidak mampu membuat keputusan.

Di persimpangan itu aku berdiri menatap ke sekelilingku, aku menemukan hiruk-pikuk kehidupan yang menawarkan keindahan untukku.
Haruskah aku memilihmu?
Tidak, aku tidak mau. Hatiku berontak!

Aku tidak dapat membuat keputusan.
Aku diam.
Apa yang harus aku lakukan? Di persimpangan ini?
Ya.... Di persimpangan itu...
dalam kegundahan dan kebingungan aku duduk bersila,
memejamkan kedua mataku, mengatupkan bibirku,
membuka kedua tanganku,
membiarkan hatiku diam.
Aku berharap dalam diam, dalam hening dan sepi
akan ada suara yang menuntun aku.

Ya.... dalam diam itu Dia datang menemuiku.
Ia berbicara tentang perjalananku.
Tuhan aku tidak menemukan jejak kaki Mu yang biasanya kuikuti", kataku dengan hati sedih.
Ia menjawabku, "AnakKu, jejak kakiKu selalu ada tapi engkau tidak melihatnya".
Ia memberiku sebuah obor bernyala untuk menerangi jalanku agar aku dapat melihat dengan jelas jalan yang dilalui telapak kaki-Nya, dan aku mengikuti Dia.
Ia menuntun aku berjalan.
Dan aku menurutiNya.

Aku melangkah di dunia nyata dengan cahaya obor yang aku peroleh dari padaNya.
Dan jalan itu adalah jalan yang sedang kujalani saat ini.
Di jalan inilah aku menemukan jejak kaki-Nya.
Semua berawal dari persimpangan itu.

Di Persimnpangan itu kami bertemu.
Di persimpangan itu kami bercakap-cakap.
Di persimpangan itu aku diam dan mendengarkan Dia.
Di persimpangan itu aku menerima terang.
Di persimpangan itu aku meninggalkan satu jalan yang pernah membuatku bingung.

Terimakasih persimpangan.......

Ade FSE

Tidak ada komentar:

Posting Komentar