Entri Populer

Jumat, 06 Agustus 2010

NYANYIAN HATI SEBUTIR NASI

Ia sebutir nasi, menanti lenyap. Ia pernah mengeluh, menangis.
Ia pernah tersenyum dan tertawa. Ia punya kisah, punya kenangan.
Ia punya semua itu dan sekarang ia tinggal sendirian bersama segerombolan semut merah.
Ia berkisah tentang hidupnya kepada semua yang mendengarnya:

aku sebutir nasi, terlupakan di tepi laut. Gulungan ombak menjemputku membawaku kedunianya yang sangat asing. Aku menari dalam pelukannya. Tubuhku terasa dingin, kaku dan lelah. Gelombang itu mempermainkan aku di dunianya. Aku terhempas terbentur pada sebuah karang. Aku lelah. Aku bersandar pada karang itu, melepas lelah.
Dia mengajariku menari dan bernyanyi dalam kepedihanku yang sangat pedih. Ia membiarkan aku menyandarkan seluruh perasaanku padanya.
Aku belajar tersenyum di tengah laut yahg dingin, aku belajar menerima hidup. Aku tak mungkin pulang ke duniaku. Aku jauh di tengah laut. Aku belajar hidup, belajar bertahan.
Saat aku mulai mampu berdiri dan bernyayi gulungan ombak menyapaku ganas ia mengurun aku dalam pelukannya yang asing. Karang itu tidak mampu menahanku.

Aku berputar, karam dan...aku tidak tahu lagi. Aku lelah, capek, perih, pedih, sakit. Seluruh hatiku remuk. Aku tidak bisa lagi menangis aku hanya diam menanti kenyataan yang akan menyambutku. Menanti apa yang di depanku. Aku lelah. Aku tidak punya tempoat bersandar. Aku sendirian dalam lelah, aku habis. Tidak satupun yang mengerti.
Gelombang itu mempermainkan aku. Aku terombang ambing. Aku meringis.
Dengan kejam ia hempaskan aku ke tepi pantai. Ke duniaku. Aku remuk. Aku tidak mampu menikmati hangatnya sapaan sang bayu, aku tidak sanggup lagi menikmati hangatnya sang surya. Aku lelah. Aku menanti, munkin akan ada yang mnenyapaku, menyentuhkan jemarinya di tubuhku yang remuk.

Aku bergerak berlahan, aku melihat serombongan semut merah menyapaku. Aku sadar aku tidak punya tempat lagi di dunia ini aku akan habis.
Dalam lelah aku berkata, "semut, sahabatku lakukan apa yang ingin engkau lakukan,biarlah aku habis. Biarlah sisa hidupku dapat membahagiakanmu. Aku senang".
Sebutir nasi ia tersenyum menyaksikan tubuhnya habis. Ia bersyukur pernah ada di bumi ini meski ia harus menanggung banyak kesakitan dan kepedihan. Ia bahagia.
Ia hanya sebutir nasi yang terabaikan, namun tidak menyerah. Ia bernyanyi untukmu kawan, untukmu sahabat. Ya untuk mu semua. Kini ia sendirian dalam lukanya, ia tidak mengeluh. Ia menangis ia bahagia pernah mengenalmu. Ia bahagia pernah diombang-ambingkan ombak. Ia bahagia pernah bersandar pada sebuah karang. Ya ia bahagia. Kini ia akan habis dalam perjalanan waktu.

ADE FSE

1 komentar: